2013-04-04


Solusi Trilemma Ekonomi Modern…

Kita tentu familiar dengan ungkapan dilemma buah simalakama “Dimakan bapak mati, tidak dimakan ibu yang mati…”. Ekonomi modern kini memiliki komplikasi yang lebih rumit dari sekedar dilemma simalakama, setidaknya sudah menjadi trilemma simalakama “dimakan bapak dan anak mati, tidak dimakan ibu dan bapak mati, tindakan lainnya (dijual ?) ibu dan anak mati…”. Lantas diapakan seharusnya ekonomi modern ini agar tidak ada yang mati ?

Pertama yang perlu dipahami adalah masalah yang kita hadapi. Sederhananya ilustrasi disamping menggambarkan salah satu trilemma yang yang dihadapi dunia saat ini, yaitu pilihan antara sumber daya yang ada, pertumbuhan dan perubahan iklim.

Dengan apa kita tumbuh selama ini ?, dengan mengeruk sumber daya alam yang kita warisi. Berupa berbagai tambang, hasil hutan dan menghabiskan lahan-lahan produktif dan lahan konservasi menjadi rumah, pabrik dan vila. Kita mengambil  jauh lebih banyak dari yang kita berikan ke alam, lantas kita meninggalkan apa untuk anak cucu kita ? kita meninggalkan bumi yang semakin panas, air yang semakin tidak layak minum dan udara yang semakin tercemar.

Bila kita mau mengamankan sumber daya alam kita dengan berhenti mengeruk hasil tambang, berhenti menebang hutan, mengurangi pertumbuhan rumah di tanah-tanah produktif – konsekwensinya adalah pertumbuhan ekonomi juga ikut berhenti, sementara kerusakan alam yang sudah terlanjut terjadi tetap belum akan memulihkan iklim dan meredam bencana.

Bila kita fokus pada pengendalian iklim agar bumi tidak semakin panas, air tidak semakin tercemar dan polusi udara tidak semakin buruk – maka lagi-lagi pertumbuhan ekonomi akan terganggu, sumber daya alam yang terlanjur terkuras tidak akan pulih.

Lantas apa solusinya kira-kira ?, lha wong dilemma saja kita tidak punya solusinya kok, apa lagi trilemma. Tetapi Dia Yang Maha Tahu – pasti punya solusi yang dibutuhkan untuk makhluk yang diciptakanNya dengan penuh kelemahan ini. Dilengkapi makhluk yang lemah ini dengan segala petunjukNya baik secara langsung melalui kalam-Nya atau melalui utusan-Nya. Maka hanya dengan mengikuti keduanya, makhluk yang lemah ini tidak akan tersesat dalam mengatasi masalah-masalahnya, akan memiliki jalan keluar bagi setiap persoalan yang dihadapinya.

Bahwa jalan keluar itu pasti ada, itupun sudah dijanjikan olehNya. Hanya jalan keluar itu bukan untuk semua orang, jalan keluar itu khusus bagi orang yang bertakwa (QS 65 :2). Untuk sampai menjadi orang bertakwa, tentu kita harus menjadi orang beriman – orang beriman antara lain mempercayai sepenuhnya kebenaran ayat-ayatNya.

Karena dia percaya dengan kebenaran ayat-ayatNya, maka setiap persoalan yang dia hadapi dia carikan solusinya dari ayat-ayatNya atau sunnah RasulNya – bukan dari sumber yang lain yang tidak jelas.  Maka berangkat dari sini kita bisa mulai menggali petunjuk-petunjukNya pula untuk keluar dari lingkaran setan trilemma ekonomi modern tersebut di atas.

Kita bisa mulai dari memahami kesimbangan ciptaannya (QS 67 : 3-4), kemudian berinstropseksi kerusakan-kerusakan apa yang telah dilakukan oleh tangan-tangan manusia (QS 30 :41). Dari sini kita bisa mengingatkan diri kita tentang tugas kita untuk menjadi khalifah yang memakmurkan bumi (QS 11:61), bukan merusaknya. Dan berangkat dari sini pulalah kita bisa hidup dengan seimbang – adil dengan alam yang kita tinggali (QS 55 : 3-10).

Konkritnya bagaimana dengan solusi trilemma tersebut di atas ?. Salah satu solusi itu begini :

Pencemaran udara, suhu yang semakin panas, banyaknya carbon dioksida yang dilepas ke alam dlsb. antara lain bersumber dari konsumsi kita yang berlebihan terhadap bahan bakar, air dan makanan. Dalam hal makanan misalnya, kita bisa mulai dari petunjukNya :

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS 7 :31)

Bayangkan dengan berawal dari ayat ini saja, akan sangat banyak perubahan di alam yang akan bisa kita rintis. Untuk bisa makan lima kali sehari yaitu setiap pulang dari masjid (melaksanakan sholat fardhu), pasti makanan itu sederhana dan pasti kita juga tidak berlebih-lebihan dalam hal makanan.

Ketika makanan kita tidak berlebih-lebihan, kita juga akan sedikit nyampah. Emisi CO2 di alam berkurang, bumi menjadi tidak cepat panas. Karena makanan kita sederhana – tidak memerlukan pemrosesan yang berlebihan, akan sangat banyak energy yang bisa dihemat – sehingga tidak perlu menguras sumber daya alam. Bayangkan kalau istri Anda tidak perlu masak setiap hari !

Ini baru perbaikan satu aspek saja dari kebutuhan kita yaitu makanan atau food; dua aspek lain yaitu air dan api (energy) akan saya tulis lagi pada waktunya insyaAllah. Idenya adalah Dien kita pasti punya solsui yang komprehensif untuk kebutuhan mendasar manusia yang digerakkan oleh Food, Energy and Water (FEW) – yang konon kini menjadi alasan-alasan perang di dunia.

Solusi untuk FEW ini bagi kita sudah  diindikasikan oleh hadits berikut :

Orang-orang muslim itu bersyirkah dalam tiga hal, dalam hal padang rumput, air dan api” (Sunan Abu Daud, no 3745).

Ekonomi modern yang didominasi oleh kapitalisme saat ini bisa saja menghadapi trilemma yang tidak terpecahkan, tetapi bagian dari keimanan kita – kita meyakini bahwa jalan keluar itu pasti ada bagi kita !. InsyaAllah.

…Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. … Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS 65 :2-4)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar